Sabtu, 06 Oktober 2012


TITIP PESAN UNTUK PRESIDEN
Saya mengawali tulisan ini dengan untaian do’a, memohon kepada Allah sang Raja diraja di seluruh jagad raya. Tuhan yang memiliki dan menguasai segala kerajaan. Tuhan yang memiliki kekuasaan tanpa batas.  Tuhan yang telah memberikan sepercik kekuasaan pada sebagian hamba-Nya. Tuhan yang telah memberikan kepercayaan yang sangat besar kepada sebagian hamba-Nya. Tuhan yang telah memberikan izin kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono untuk kembali memimpin negeri tercinta.  Negeri yang telah dianugerahi nikmat yang tiada tara. Kekayaan dan keindahan alam yang tidak dimiliki negeri-negeri lain. Negeri yang telah dikaruniai anugerah yang tidak terhitung untuk kesejahteraan penduduknya.
Salam kehormatan saya sampaikan. Semoga Allah meluruskan niat  hamba-Nya yang hendak memberikan kesejahteraan kepada seluruh rakyatnya. Semoga Allah selalu membimbing dan memberikan kekuatan pada para pemimpin untuk selalu mengayomi seluruh rakyatnya. Semoga Dia menjauhkan pemimpin negeriku dari segala kejahatan yang datang dari manusia maupun jin. Semoga Dia menjauhkannya dari sifat dan sikap yang dapat menyakiti rakyatnya. Semoga Dia selalu memeliharanya dari segala perbuatan yang dapat menjerumuskannya pada kehinaan.
Sebagai makhluk yang sama-sama diciptakan dari tanah. Sebagai makhluk yang sama-sama beriman dan beragama. Sebagai makhluk yang sama-sama bertanggungjawab terhadap bumi pertiwi. Sebagai rakyat kepada pejabat, saya merasa berhak dan berkewajiban untuk menyampaikan sesuatu. Orang menyebutnya saran, masukan atau nasihat. Tapi saya lebih suka menyebutnya dengan meminjam istilah Al-Qur’an, “tawashou bil haq”. Tentu saja dengan makna yang lebih istimewa ketimbang sekedar saran.
Terpilih menjadi pemimpin  negeri adalah sebuah kehormatan, bahkan suatu kemuliaan yang sangat tinggi.  Akan tetapi itu benar-benar akan menjadi kemuliaan jika dilaksanakan sesuai dengan semesitnya. Saya yakin bahwa Bapak Presiden lebih paham mengenai hubungan antara kepemimpinan dan amanah. Bagaimanapun, kepercayaan yang diberikan kepada Bapak merupakan amanah yang harus dipenuhi, amanah yang harus disampaikan kepada yang berhak, yaitu Allah kemudian rakyat. Kedua amanah ini harus disampaikan secara seimbang, sejalan dengan yang dikehendaki Allah.
Segala prsoalan negara yang terkait dengan perintah Allah, maka itu harus dipenuhhi. Sebab ini adalah satu hal yang sanagt mutlak, yang tentu saja untuk kepentingan dan kebaikan bangsa Indonesia. Sesuatu yang sangat tidak masuk akal, jika kehendak Allah tidak memberikan kemaslahatan bagi bangsa. Di sinilah pentingnya menjaga, memelihara dan menunaikan amanah Allah, yang sebenarnya ujung-ujungnya adalah untuk kemajuan bangsa dan negara.
Bagitupun amanah yang diberikan rakyat, harus dipenuhi dengan baik. Selama hal itu tidak bertentangan dengan kehendak Allah, maka segala yang menjadi hak rakyat harus dipenuhi. Ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan yang mereka berikan.    
Satu hal yang harus tetap dijaga adalah kepercayaan yang diberikan rakyat. Keberhasilan seseorang (pemimpin) membawa bangsa menjadi bangsa yang  besar adalah terletak pada serasinya antara pemimpin dan yang dipimpin, antara rakyat dan pejabat. Kesejahteraan bangsa dapat tercapai jika pemimpin mampu  menyatukan hati seluruh rakyatnya dan kemudian dipadukan dengan hati para pemimpin untuk bersama-sama mencapai kesejahteraaan itu. Dengan kata lain, kesejahteraan Indonesia akan tercapai jika pemimpin dan yang dipimpin saling mencintai dan saling mempercayai. Tidak ada kecurigaan terlebih rasa benci dan dendam. Pertanyaannya adalah, bagaiamana  menciptakan suasana tersebut? Jawabannya sangat sederhana, kharisma pemimpin itu. Penjabarannya adalah, kharisma itu dibangun atas dasar keharmonisan antara pemimpin dengan seluruh rakyatnya tanpa pandang bulu. Jujur dalam berkata dan berbuat untuk mendahulukan segala kepentingan rakyat. Karakter seperti inilah yang akan membangun kharisma yang sangat kuat, kharisma yang murni. Bukan wibawa yang direka-reka apalagi penuh topeng kepalsuan. Dan inilah yang dibutuhkan rakyat. Harus tetap diingat, yang dibutuhkan rakyat adalah bukti, bukan janji.
Rasanay tidak perlu panjang lebarapa yang aya sampaikan. Saya hanya titip pesan kepada Bapak Presiden, cintailah Allah niscaya Allah akan mencintaimu. Cintailah rakyat niscaya mereka akan mencintaimu. Terakhir, jangan lupa untuk selalu memohon petunjuk dan kekuatan Allah. Semoga Dia memberikan segala karunia-Nya.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar